Jumat, 19 April 2013

(unknown title) - part 4

Diposting oleh 28 di 06.17 0 komentar
***

"Aku bisa lihat kau tertarik pada gadis itu."

Pertanyaan Sutradara Shin membuyarkan lamunan Joong ki. "Gadis itu?"

"Ya, namanya Bo young, ya?"

"Aaaah," Joong ki tersenyum. "Mata hyung memang tajam."

"Apa yang menurutmu menjadi nilai plus gadis itu?"

Joong ki bergumam, "Mm, dia lucu."

"Lucu?"

"Wajahnya tak bosan dilihat, kurasa dia akan cocok untuk peran wanita film ini. Kau menyuruhnya bermain piano dan bernyanyi karena nanti akan banyak adegan itu, kan? Yaaah, permainan dan suaranya memang tidak begitu bagus, tapi tetap enak didengar.." jelas Joong ki, nyaris tak bisa menutupi rasa ketertarikannya.

Sutradara Shin menggelengkan kepala, "Ckckck, kau bukannya jatuh cinta dengan model itu kan?"

Joong ki menyeringai, "Tidak. Tapi aku memang menyukainya."

"Ah, lupakanlah," kata Sutradara Shin, ia menutup map yang sedang ia baca. "Aku dan yang lain mau makan malam, ikut?"

"Kurasa hari ini aku pass," jawab Joong ki, masih dengan cengiran di wajah imutnya, "Aku punya hal penting untuk dilakukan."

Sutradara Shin sama sekali tak terlihat penasaran atau curiga, ia hanya mengangkat bahu dan kembali berkutat dengan lapotopnya.

*

Sepulang dari rumah produksi, Joong ki langsung mandi dan ganti baju. Malam ini ia akan pergi ke minimarket itu lagi. Kali ini, Joong ki tidak mengenakan hoodie biru dongker dan celana gombrang hitam selutut untuk penyamarannya, ia memakai kaos hitam polos dirangkap jaket merah,celana training hitam dengan strip putih dipinggirnya dan topi merah bertuliskan MUFC. Penampilannya seperti orang yang mau jogging di malam musim gugur. Sungguh menggelikan.

Joong ki tak berlama-lama. Dengan tetap hati-hati dan waspada, ia keluar apartemen dari pintu belakang, kemudian mulai berjalan santai, yah, mungkin bisa dibilang sedikit rusuh, menuju ke minimarket tempat Bo young-ssi itu bekerja, semoga saja malam ini ia ada disana.

Joong ki menurunkan ujung topinya saat ia mendorong pintu masuk minimarket.

"Selamat datang."
Joong ki menoleh kearah kasir dan menemukan seorang pria bertubuh pendek dengan kumis tebal berdiri disana, ia mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan. Park Bo young tidak ada.

"Anak muda, ada yang bisa kubantu?" tanya pria itu.

"Ah, tidak, terimakasih." Joong ki mengambil keranjang makanan, semangatnya langsung menghilang entah kemana. Dengan malas-malasan ia menuju ke rak makanan dan mengambil bungkus apapun yang ia sentuh. Ah, kemana Park Bo young?

Tingtingtingting! Tiba-tiba terdengar suara lonceng yang heboh dari pintu masuk.

"Ma-manajer Kiiiim! haaah, haaah, ma-maafkan aku karena terlambat." ujar seseorang dengan napas tersengal-sengal. Joong ki mendongak, mengintip dari atas rak ke pintu masuk. Senyumnya langsung melebar saat melihat Park Bo young sedang membungkukkan badan berulang-ulang pada pria berkumis di hadapannya.

"Kau ini! Kau telat satu jam!"

"Aku ketiduran.... maafkan aku," ujar Bo young sambil membungkukkan badannya lagi.

"Ah, sudahlah! Cepat siap-siap dan bekerja."

"Ya, ya, terima kasih, ajeossi,"

"Apa?!"

"Ah, maksudku, Manajer Kim." ralat Bo young. "Aku siap-siap dulu ya."

Joong ki melihat Bo young berjalan ke belakang minimarket dan masuk ke sebuah pintu. Tak lama, gadis itu keluar. Mantel dan tasnya sudah dilepas, diganti dengan celemek warna biru tua. Rambutnya yang tadi berantakkan sudah dirapikan dan diikat, poninya di jepit ke atas. Joong ki benar-benar yakin Park Bo young yang ini adalah gadis yang bernyanyi sambil memainkan keyboard dihadapannya tadi siang. Tiba-tiba senyumnya semakin lebar.

Setelah mengambil beberapa makanan untuk memenuhi keranjangnya, Joong ki segera menuju kasir, sebelum ia sempat menyapa, Bo young sudah berteriak, "Ah! Mysterious Oppa! Tumben kau datang."

"Halo." sapa Joong ki pelan, takut-takut Bo young mengetahui identitasnya dari suaranya.

Tapi Bo young tampak tak sedikitpun sadar akan hal itu, "Haiiss, kau suka sekali pakai topi ya?"

"Begitulah, jelek ya?"

"Tentu saja!"

"Kenapa?"

"Karena topinya menutupi setengah wajahmu."

Joong ki tertawa sambil menaruh keranjang diatas meja kasir, "Kalau kubuka, kau pasti akan terpesona."

Bo young tersenyum, "Masa? Aku malah berpikir kau tak punya alis atau kelopak mata."

"Apa?"

"Hahaha, bisa saja kan."

Joong ki memerhatikan Bo young yang mulai menghitung belanjaannya, entah kenapa rasanya dengan begitu saja ia sudah merasa senang. Pancaran energi positif gadis itu seolah dapat diisap tubuh Joong ki yang lelah.

"Bo young, shiftmu selesai jam berapa?"

"Hm?" Bo young mendongak. "Kira-kira dua setengah jam lagi... kau jangan menungguku, Oppa, ah, aku terlalu gr ya."

"Aku memang ingin menunggumu kok. Aku ingin traktir kau makan." ujar Joong ki.

"Benarkah? Aaah, pasti akan menyenangkan... " kata Bo young. "Tapi mau bagaimana lagi... shiftku masih lama."

"Ya sudah, lain kali saja." Joong ki membantu Bo young mengeluarkan belanjaannya dari keranjang. "Tadi kau terlambat datang ya?"

"Ah, kau dengar aku dimarahi ya?" Bo young nyengir lebar.

"Kenapa terlambat?"

"Tadi siang aku ada urusan yang melelahkan... waaaaah... aku lega semuanya sudah berakhir."

Joong ki diam-diam tersenyum, "Begitu. Oh ya, kau kerja hari apa saja?"

"Hari senin sampai jum'at, kenapa tanya? aaaah, jangan-jangan kau kesini hanya untuk menemuiku? Aigoo Oppa, manis sekali..."

"Wah, ketahuan juga akhirnya." sahut Joong ki.

"Dasar... Mmm, semuanya jadi 68.000 won."

Joong ki mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya dan menyodorkan uang itu pada Bo young, "Besok aku datang lagi."

"Besok? Sayang sekali... besok aku akan ke Daejeon."

"Daejeon?"

"Mm, aku mau menemui keluargaku. Ah... rasanya rindu sekali."

"Berapa lama?"

"Kurasa 3 atau 4 hari..." Bo young menyipitkan mata sambil tersenyum curiga pada Joong ki. "Kenapa, Oppa? Apa kau akan merindukanku?"

Joong ki mengangkat bahu, "Yah, aku hanya ingin terus ditraktir cokelat coco olehmu."

Bo young terkesiap, "Apa? Kau... menyadarinya?"

"Tentu saja." jawab Joong ki. "Setiap aku belanja, kau selalu memberikan cokelat itu padaku secara cuma-cuma."

"Haha, kau teliti juga ya. Aku punya banyak persediaan coklat itu dirumah. Jangan khawatir."

"Kenapa kau suka sekali cokelat itu?"

"Kalau kau tahu jawabannya, kau pasti akan terkejut." jawab Bo young.

Joong ki tersenyum, "Kenapa?"

"Kau harus menebak untuk tahu kenapa!"

"Aaah, kau meniru caraku."

Bo young pura-pura cemberut, "Memangnya kau saja yang bisa main tebak-tebakan,"

"Hmm, biaklah," ujar Joongki. "Apa karena kau model iklan produk coklat itu? gadis yang memakai wig keriting warna pirang, tingginya sepertinya sama denganmu... Ah, tapi tidak mungkin ya?"

Bo young terdiam, terlihat sekali terkejutnya. Ia kemudian menggaruk tengkuknya gusar. "Ah..."

"Tidak-tidak, kurasa bukan itu alasannya. apa karena rasa coklatnya yang manis?"

"Umm, yah begitulah..." Bo young tersenyum kaku.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu ya? Kau bersenang-senanglah di Daejeon. Aku akan mampir lagi saat kau sudah bekerja." Joong ki mengambil belanjaannya. "Annyeong."

"Annyeong..." Bo young melambai-lambaikan tangannya.

Ia menatap punggung Joong ki yang berlalu sambil berpikir keras, tadi kukira Oppa benar-benar tahu aku yang jadi model iklan Coco, bikin kaget saja....... pikirnya.

drrrt, drrrt, tiba-tiba ponsel disaku celemek Bo young bergetar. Ada SMS.

From : Park Geun young

Bo young, besok kau benar-benar akan pulang?
Jangan lupa oleh-oleh ya...
Eonni merindukanmu <3

Bo young tersenyum, sembunyi-sembunyi ia mengetik balasan.

To : Park Geun young

Yaaaa, eonni~ tunggu aku ya!
Oleh-oleh? kau ingin apa? make-up? baju? bilang sajaaa
tapi tak bisa yang terlalu mahal ya, hehe
Aku juga sangat sangat merindukanmu, Eomma dan Appa!!
Sampai ketemu! ^^




Sabtu, 06 April 2013

(unknown title) - part 3

Diposting oleh 28 di 06.13 0 komentar

***

Bo young memilin jemarinya dengan gugup diatas paha. Akhirnya hari ini tiba. Hari dimana kebolehannya dalam berakting akan ditunjukkan. Hari casting yang selama ini menghantui pikiran Bo young siang dan malam, hari yang mengerikan.

Dan parahnya, meski telah melalui beragam latihan, ia sama sekali tidak merasa siap.

Bo young memejamkan mata dan berdoa, Tuhan... tolong, minimal, saat didepan Sutradara Shin, ia tak akan melakukan hal-hal yang memalukan.
Drrrt, drrrt, drrrt,
Bo young hampir melempar ponsel digenggamannya saat benda itu tiba-tiba bergetar hebat, Manajer Han menelepon.

"Kenapa lama sekali di toiletnya? cepatlah!" cerocosnya langsung ketika Bo young baru menekan tombol hijau.

"Iya... eonni, aku perlu satu menit lagi, tunggu ya." Bo young mematikan sambungan telepon. Butuh 3 kali tarikan napas untuk membuatnya bangkit dari toilet yang sedari tadi ia duduki. baiklah, Bo young, jangan lari! fighting! batinnya sambil mengepalkan tangan.

Bo young membuka pintu toilet dan langsung merapikan penampilannya di cermin. Ia mengenakan atasan putih berbahan chiffon dengan kerah rebah berbentuk bulat, yang dimasukkan kedalam rok berlipit-lipit motif kotak-kotak yang panjangnya sedikit diatas lutut. Rambut ikal hitamnya yang biasa memakai wig saat didepan kamera, pertama kalinya diurai. Poninya disisir lurus kedepan. Sementara kakinya dibalut sepatu hak salem berpita yang imut sekali. Sederhana, tapi cantik. Nanti ia harus berterimakasih pada penata rias dan stylishnya karena telah membuatnya secantik itu.

"Baiklah! Park Bo young! Kau bisa, kau pasti bisa! Fighting!" ujarnya sambil menatap pantulan dirinya di cermin.
Dengan tekad bulat, Bo young melangkah keluar dari toilet production house itu dan segera menuju ke ruangan dimana Manajer Han dan beberapa orang lainnya menunggu.

*

Joong ki baru saja datang ke production house Star-A saat Sutradara Shin mengirimnya pesan singkat berisi perintah yang menyuruhnya untuk segera menampakkan diri. Joong ki mendesah, ia telat 10 menit karena lupa menaruh kunci mobilnya. Tidak profesional sekali.

"Joong ki! Darimana saja?" tanya Sutradara Shin saat Joong ki memasuki ruangannya yang selalu berantakan.

"Ah, maaf, hyung, tadi ada hal yang perlu aku urus." 

"Yang lain sudah menunggu, ayo."

Joong ki bersama dengan sutradara Shin bergegas menuju ke ruang casting. Disana semua staff sudah berkumpul dan bersiap-siap. Kim Su-Jin, seorang pria kurus setengah baya yang menjadi casting director film-pun sudah duduk tenang di kursinya sambil menyesap kopi. 

"Hyung." sapa Joong ki sambil duduk di kursi sampingnya.

"Aigoo, Joong ki! Apa kabar?" tanya Su- jin ceria. 

"Aku baik-baik saja, kau?"

"Aku sedang pening sekali, kau tahu, Lee Hyori dan Anna Jo ikut casting film ini! Bagaimana aku harus memilih salah satu dari mereka... dua-duanya bagus."

Joong ki menaikkan sebelah alisnya, "Hanya mereka berdua yang ikut casting?"

"Tentu saja tidak, dasar bodoh! Masih ada 10 orang lagi yang diundang Sutradara Shin, tapi menurutku mereka 2 kandidat yang kuat. Kenapa Sutradara Shin tidak memilih satu diantara mereka saja ya? malah repot-repot casting begini."

Joong ki hanya mengangkat bahu. Setelah beberapa menit bercakap-cakap dengan Su-jin, seorang staf perempuan menyodorkan dokumen data orang-orang yang akan mengikuti casting. Joong ki mengambil map dokumen itu dan membukanya lembar demi lembar. Ada beberapa artis yang ia kenal, tapi banyak pula artis pendatang baru yang tak pernah Joong ki lihat.

Joong ki hampir menutup mapnya saat mencapai lembar biodata terakhir, tapi tak jadi. Matanya memicing, lalu melebar. Kedua alisnya terangkat. Mana mungkin... batinnya. 

"Ah, dia." Sutradara Shin mengambil tempat duduk disamping Joong ki, ia ikut menatap sosok foto perempuan di map itu. "Dia bukan aktris, dia model majalah anak-anak. Tapi aku melihat potensi di dirinya. Jangan meremehkan dia dulu ya?" 

"Model? dia model katamu?"

"Ya. Namanya... " Sutradara Shin mengintip ke dokumen ditangan Joong ki. "...Park Bo young, dari agensi, entah apa namanya, aku lupa. Nah, ayo kita mulai panggil yang pertama!" seru Sutradara Shin sambil bertepuk tangan.

Joong ki masih menatap foto setengah badan Bo young yang sedang tersenyum. Tidak salah lagi. Ini Park Bo young yang sering ia temui malam hari di minimarket. Kening Joong ki berkerut, ia cukup lama memandang foto Bo young untuk memastikan penglihatannya. Matanya menyipit lama. Tapi ya. Itu Park Bo young yang itu. Yang seminggu lalu ia antar pulang. 

Joong ki berusaha bersikap profesional saat seorang aktris cantik berambut lurus sebahu memasuki ruangan. Dengan enggan ia mengganti lembar biodata Bo young dengan lembar biodata gadis itu. Pikirannya sulit sekali untuk fokus sementara casting berlangsung.

Satu orang... dua orang... tiga orang...
Waktu terasa begitu lama. Ia ingin giliran Bo young cepat tiba untuk memastikan kalau gadis itu memang benar Bo young yang itu. Tiba-tiba seulas senyum terukir di bibir Joong ki, kalau Bo young yang ini memang dia, pasti akan menarik sekali...

*

Bo young duduk di kursi tunggu dengan jantung berdegup kencang dan tangan gemetaran. Casting sudah dimulai. Di sekelilingnya terdapat banyak aktris terkenal yang sering ia lihat di tv. Semuanya cantik dan bersinar, memancarkan aura bintang yang menyilaukan. Mereka saling berbincang akrab, sementara Bo young, sejak tadi ia hanya diam, duduk di pojokan sambil menunduk. Ia benar-benar bukan apa-apa dan tak punya nyali.

"Apa? Song Joong ki Oppa juga datang?" ujar seorang aktris yang sedang ditata rambutnya. "Kau tak bercanda?"

Bo young yang mendengar percakapan itu mengangkat kepalanya, aktris itu Han Yu Ri. Ia berbicara dengan model terkenal Karen. Bo young sering melihat mereka berdua di majalah.

"Iya! Aku sempat lihat Oppa tadi, dan waktu aku tanya pada salah satu staff, katanya Oppa ikut andil memilih siapa yang akan jadi lawan mainnya." jawab Karen.

"Kalau begitu aku tak bisa setengah-setengah! Sejak dulu aku ingin sekali main film bareng Joong ki Oppa, Kyaaang~"

Karen mendecak, "Lupakanlah, selama Anna Jo mengikuti casting film ini, kau tak punya kesempatan."

Sementara itu, Alis Bo young berkerut, Song Joong ki? Ia buru-buru merogoh ponsel di tasnya dan mengirim pesan pada Manajer Han.

To : Manajer Han
Eonni, Apa Song Joong ki akan main di film Sutradara Shin juga?

10 detik kemudian balasan datang.

From : Manajer Han
Ya! Karena itu semangat laaaah! ^^

Bibir Bo young perlahan menganga. Apa?! Kenapa aku baru tahu?!

To : Manajer Han
Kenapa eonni tak pernah bilang sebe...

"Park Bo young? Park Bo young-ssi?"

Bo young tersentak saat mendengar namanya dipanggil, ponselnya hampir terlempar dari genggamannya. Tanpa mengirim pesannya, ia segera menaruh ponselnya kedalam tas dan berdiri. "A-aku." suaranya terdengar seperti kambing yang tercekik.

"Ah, ayo masuk. Sekarang giliran Anda."

Bo young mengangguk dan berjalan melintasi ruangan. Ia membungkukkan kepala kepada setiap artis yang bertatapan dengannya. Baiklah... baiklah... tenang! Park Bo young, dengar, kau harus tenang! batin Bo young, saat itu ia hampir saja tersandung karpet.

Bo young memejamkan mata dan mengembuskan napas panjang sebelum memasuki ruang casting. Wajahnya, tubuhnya, semua dalam dirinya mendadak sekaku robot. Bahkan seulas senyumpun tak dapat ia sunggingkan. Bo young berhenti ditengah ruangan. Matanya menatap satu persatu orang yang duduk dan berdiri dihadapannya, kemudian tatapannya beradu lama dengan seseorang yang begitu dielu-elukan setiap gadis... Song Joong ki. 

*

Ternyata memang Bo young yang ia kenal!
Joong ki menatap lama Bo young yang berdiri di tengah ruangan. Rambut gadis itu tidak lagi berantakan dan diikat, melainkan diurai dan disisir rapi, bajunya juga bukan lagi celana jeans dan sweater kebesaran seperti saat ia menjaga minimarket. Tapi gadis itu tetap Park Bo young. Bo young ini terlihat sangat cantik dan... sinis. Joong ki mengangkat alisnya, wajah Bo young kaku dan datar seperti papan. Kemana senyumnya?

"Baiklah, baiklah, perkenalkan dirimu." kata Sutradara Shin, memecah keheningan.

"Annyeong ha-haseyo..." Bo young membungkukkan badan. "Namaku, Park Bo young, 23 tahun. Aku dari agensi Bright."

Joong ki dapat mendengar gemetar di suara Bo young. Kemudian matanya juga menangkap gemetar di kedua tangan Bo young yang sedang meremasi roknya. Ia lantas menyeringai.

"Apa kau gugup Bo young?" tanya Sutradara Shin, persis seperti apa yang akan ditanyakan Joong ki.

"A-ah... ya... sedikit... maksudku, ini pertama kali aku ikut casting, jadi..."

"Aku mengerti." kata Sutradara Shin. "Jadi, Bo young, binatang apa saja yang kau suka?"

"Apa?" Mata Bo young melebar.

"Jawablah."

"Ah... aku... aku suka kucing, kelinci, tapi aku takut anjing." jawab Bo young.

"Benarkah? kenapa?"

"Gigi mereka...  tajam."

Sontak Sutradara Shin tertawa, meski tak yakin apa yang lucu, semua staff juga ikut tersenyum, termasuk Bo young, "Kau benar! Gigi mereka memang tajam."

Bo young mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. Rasa gugupnya sedikit terlupakan. "Di kampungku pernah ada seekor anjing liar yang suka menggigit, ayahku pernah digigit kakinya hingga berdarah banyak, untungnya beliau tak apa."

"Benarkah? kau berasal dari mana memang?" tanya Sutradara Shin.

"Aku..." Bo young sekilas menatap Joong ki. "...berasal dari Daejeon,"

"Ooooh Daejeon, kota wisata itu ya? lumayan dekat ya."

"Ya, kalau ajeossi?"

Semuanya sama-sama melihat kearah Sutradara Shin dan menunggu reaksinya. Gorila bertopi itu tampak tenang meski gadis dihadapannya memanggilnya 'ajeossi' dengan ringan. Gaya duduknya yang semula santai bersandar ke kursi sekarang tegap dan antusias. 

"Aku asli dari Seoul."

"Begitu..."

"Nah, Bo young, tentu kau bisa berakting kan? aku ingin tahu kebisaanmu yang lain, apa kau bisa bernyanyi?"

Hati Bo young terasa ditohok bambu saat mendengar kepercayaan Sutradara Shin pada kemampuan aktingnya. Apa ia mesti mengakui kepayahannya? Ah, tidak, tidak. lebih baik jangan ungkit hal itu. "Ah... menyanyi? ya... sedikit bisa..."

"Benarkah? Apa kau bisa main piano?"

"Aku pernah jadi keyboardist band saat SMA."

"Woah, tunjukkan padaku, kalau begitu! Dong Woo! Bawakan keyboard portablenya!" seru sutradara Shin. Staff yang bernama Dong Woo itu segera mengambil keyboard entah dimana. Bo young hanya mengerjap-ngerjap seperti orang bodoh di tengah ruangan sambil menatap para staff menempatkan keyboard dan kursi dihadapannya, tak sampai 3 menit, sebuah keyboard putih, lengkap dengan tempat duduk sudah siap dimainkan didepan Bo young.
"Ayo, Bo young, mainkan." 

Bo young menelan ludah, ia sama sekali tak pernah berlatih keyboard 2 tahun terakhir ini. Apa ia masih bisa memainkannya? Bo young duduk di depan keyboard dan menekan tuts-tutsnya. Saat ia mengangkat kepala, semua orang sedang menunggunya dengan antusias, Ia kembali bertatapan dengan Song Joong ki, lelaki itu tersenyum padanya...

"A-aku..." Bo young mengalihkan pandangannya pada tuts keyboard. "...akan memainkan sedikit lagu..."

Ia mulai memainkan intro lagu Byul - I Think I Love You, yang merupakan OST dari drama favoritnya, Full House. Dulu ia mati-matian belajar keyboard untuk bisa memainkan lagu ini. Tangannya gemetaran karena gugup. Tidak... aku harus fokus... Bo young memejamkan mata dan mulai membuka mulutnya,

Kurulri eubdako anilkkurako midujyo, hmm
Naeka gudael sarang-handan ilmaldo andwejyo, hmm
Gwaenhan jiltu-ilkkurako naeka wiro-unka-bodako
Jashinul sokyeo-bwajiman ijeh deunun nan kamchul-suka eubnun-gulyo

I Think I love you, keurun-gabwayo
Cause I miss you, gudaeman eubsumyun
Nan amukeuto moh-hako jakku-saenggak-nako
Irun-geul bomyun amuraedo
I'm falling for you, nan mollah-jiman
Now I need you eonusaenka nae mam kipun -koseh aju
Kugeh jaripan gudaeui mosubeul ijen bowayo~ hmm


Bo young berhenti memainkan keyboard dan mengangkat kelopak matanya, semua orang sedang memerhatikannya, terbuai. Sutradara Shin tersenyum dan bertepuk tangan, "Bagus sekali!"

Bo young merasa lega setelah mendengar pujian itu, ia tersenyum lebar, ternyata Sutradara Shin tidak segarang yang ia bayangkan, beliau sangat baik. "Terima kasih!"

Semua staff mulai ikut bertepuk tangan.

"Joong ki, bagaimana menurutmu?"

Bo young sontak menatap Joong ki dengan was-was.

"Bagus sekali." komentar Joong ki sambil memberikan senyuman dan kerlingan maut pada Bo young.

Itu pujian untukku?Cih, Bo young dengan terpaksa tersenyum dan membungkukkan badannya pada lelaki itu, "Terima kasih, Song Joong ki Oppa."

"Hasil casting ini akan kuumumkan nanti pada agensimu." ujar Sutradara Shin. "Terima kasih untuk hari ini ya."

"Aigoo, Shin, kita harus melihat kemampuannya dalam berakting dulu." protes Kim Su-jin tiba-tiba. "Mana bisa hanya dengan menanyakan binatang kesukaannya dan menyuruhnya bernyanyi?"

"Ah, benarkah?" Sutradara Shin mengangkat bahunya. "Lakukan sesukamu, kalau begitu."

"Baiklah, nona muda, aku ingin kau memerankan peran seorang gadis yang ceria namun kesepian, dalam versimu sendiri." perintah Su-jin dalam satu tarikan napas.

Bo young menelan ludahnya, apa? gadis ceria namun kesepian versiku? aduh... aku harus bagaimana?

"Ah, Joong ki! coba kau jadi lawan mainnya, ciptakan drama kecil-kecilan untuk menghibur kami."

Kini, Jantung Bo young berdetak 10 kali lebih cepat. Matanya membulat sempurna. Joong ki dengan senang hati bangkit dari duduknya dan menghampiri Bo young yang gugup setengah mati.

"Bo young-ssi?"

Bo young menelan ludah dan menarik napas panjang. Ia memejamkan matanya, Lakukan apa saja. batinnya, apapun. Bo young membuka mata dan bertatapan dengan Joong ki. Mata sipit lelaki itu bening dan berkilat-kilat geli, bibirnya mengulum senyum. Bo young langsung memicing, apa? dia sedang menertawaiku ya? Apa maksudnya? 

"Action!" ujar Su-jin yang sudah tak sabar. Seruannya sontak menghidupkan tombol 'on' pada Bo young.

"Oppa!" kata Bo young, wajahnya langsung secerah matahari. "Saljunya menumpuk diluar, ayo kita main!"

"Apa?" Joong ki langsung memasang wajah tak peduli.

"Oppa, ayolaaah, aku sudah lama ingin main salju! Kita harus buat orang-orangan yang besaaaar sekali!" Bo young berputar dengan tangan terlentang. "Ayo!"

"Kau pikir umurmu berapa? main saja sendiri sana!"

"Haist, Oppa..." Bo young meraih lengan Joong ki. "Ayo..."

"Aku punya banyak hal lebih penting untuk dilakukan, kau tahu."

"Apa itu?"

"Tidur."

"Oppa..." Bo young menggoyang-goyangkan lengan Joong ki, merajuk.

"Ah, diamlah." Dengan agak kasar Joong ki menarik lengannya.

Bo young terdiam, ia kemudian tersenyum, "Baiklah, baiklah. Tidur yang nyenyak ya? kalau kau membutuhkan ku, aku... aku ada diluar!" serunya saat Joong ki beranjak pergi. Ia memerhatikan punggung Joong ki dan menghela napas, tersenyum, namun matanya menyorotkan kekecewaan dan kesedihan.

"Cut!" kata Sutradara Shin.

"Lumayan." komentar Su-jin.

"Terima kasih," ujar Bo young. Joong ki menghampirinya dan mengajaknya berjabat tangan, mau tak mau Bo young meraihnya sambil tersenyum, "Te...terima kasih."

"Sama-sama," jawab Joong ki. Bo young menahan bibirnya yang hampir mengerucut saat melihat tatapan Joong ki yang seolah menganggapnya lelucon. Memangnya aktingnya begitu memalukan ya? Huh!

"Baiklah, kau selesai, terima kasih." kata Sutradara Shin

Bo young membungkukkan badannya dalam-dalam, "Justru aku yang berterima kasih, terima kasih banyak." katanya sambil tersenyum tulus, menampakkan deretan giginya yang putih. Semua orang didalam ruangan seketika merasa terpesona dengan senyumnya. Joong ki memerhatikan Bo young yang keluar dari ruangan sambil terus membungkukkan badan.

Joong ki menyeringai, Park Bo young... gadis itu benar-benar menarik.

*

"Apa? hanya begitu saja?" tanya Manajer Han setelah mendengar ringkasan cerita casting anak asuhnya.

Bo young menggenggam ponselnya lebih erat dan mengangguk, "Begitulah Eonni..."

Manajer Han terdiam sebentar, kemudian berkata dengan lebih ceria,"Ya sudah, tak apa. yang penting kau telah berusaha! Sekarang pulang dan istirahatlah! Kau dimana? di bis?"

"Ya, sebentar lagi aku turun."

"Oke, nanti malam aku akan bawa banyak makanan ke apartemenmu! kita pesta berdua~ casting hari ini jangan terlalu kau pikirkan! Yang penting kau sudah mencoba, oke? Haiist, Lagipula saingan-sainganmu memang berat... "

Bo young tersenyum, "Tenang saja, eonni. Ah, malam ini aku ada kerja sambilan di minimarket, jadi mungkin pestanya lain kali saja ya?"

"Apa? Kau belum berhenti dari minimarket itu? Aduuuh, Bo young, kalau terus bekerja kau bisa mati kelelahan! Pikirkan tubuhmu, kau itu model, kau tahu."

"Iya... mau bagaimana lagi..." kata Bo young. "Ah, eonni, besok aku akan pergi ke Daejeon, sudah 3 minggu aku tak menjenguk keluargaku disana... boleh kan?"

"Ah, jadwalmu kosong minggu ini, pergi saja, tak apa. Sampaikan salamku pada keluargamu ya?"

"Ne, kututup dulu eonni, sampai nanti."

"Sampai nanti."

Bo young menaruh ponselnya disaku tas, kemudian melamun sambil memerhatikan pemandangan langit mendung kota Seoul. Entah kenapa Bo young jadi rindu keluarganya di desa. Ladang yang luas... orang-orang yang ramah... Tiba-tiba bayangan Song Joong ki terlintas dikepalanya, ia sontak mendecak.

Song Joong ki, haaaaaah! dia, sejak dulu tak pernah berubah! Menyebalkan.


*



Jumat, 05 April 2013

(unknown title) - part 2

Diposting oleh 28 di 21.20 0 komentar
***

Song Joong ki melepas kacamata hitamnya dan mengaitkan benda itu ke saku jasnya. Ia dan managernya, Dong Soo memasuki sebuah restoran mewah dan langsung mencari sosok Sutradara Shin. Beliau sedang duduk sendirian di meja yang terletak di sudut ruangan, menghadap ke jendela besar yang menyuguhkan pemandangan kota Seoul di malam hari, asap rokok mengepul diudara sekitarnya.

"Oh, Joong ki!" sapa Sutradara Shin, wajahnya yang garang dengan bekas luka dalam di pipi kirinya menyeringai. "Dong Soo, kau makin gemuk saja."

Dong Soo hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum. Setelah saling bersalaman dan duduk santai, Sutradara Shin menghancurkan sisa rokoknya di asbak dan tanpa basa-basi mulai pada topik pembicaraan.

"Aku senang kau mau ikut serta di film baruku." ujar Sutradara Shin. "Dengan ini rating filmku pasti akan tinggi."

"Apa? Jadi kau memintaku bekerja sama hanya untuk menaikkan rating film?"

"Tenanglah, anak muda. Tentu saja karena aku merasa peran utama laki-laki di film ini cocok denganmu." ujar Sutradara Shin.

Joong ki menyeringai, "Kenapa hyung tiba-tiba ingin buat film romantis? Jujur saja ini menggelikan."

"Aku tahu, aku tahu." jawab Sutradara itu. "Aku hanya tertantang untuk mencoba hal yang baru. Akhir-akhir ini istriku suka sekali menonton film romantis sampai menangis tersedu-sedu... aku baru sadar aku belum pernah menghasilkan film yang dapat membuat seseorang menangis terharu seperti itu. Jadilah, setelah aku mendiskusikannya dengan pihak yang bersangkutan, mereka dengan semangat ingin mewujudkan niatku."

Joong ki menaikkan sebelah alisnya, "Aku sudah membaca garis besar ceritanya... rasanya aneh sekali membayangkan hyung menulis cerita seperti itu..."

"Tidak, tidak, tentu saja bukan aku yang menulisnya. Otakku tumpul untuk hal-hal romantis seperti itu, jadilah aku bekerja sama dengan Se-na, ternyata dia punya banyak naskah film romantis di laptopnya. Akupun terkejut saat membaca satu persatu ceritanya. Ternyata ia berbakat juga."

"Benarkah? Hebat." joong ki tersenyum. Se-na adalah istri Sutradara Shin. Diluar dugaan ternyata hubungan pernikahan mereka berjalan lancar, padahal karakter mereka sangat bertolak belakang. Sutradara Shin cenderung disiplin dan bicara sekedarnya, sedangkan Kim Se-na sangat ceroboh dan tak pernah berhenti bicara seperti burung beo. Awalnya Joong ki sempat ragu apa mereka bisa bertahan bersama. Tapi, melihat pancaran sinar kebahagiaan di mata Sutradara Shin saat ia membicarakan istrinya meruntuhkan keraguannya. Syukurlah mereka bahagia.

"Lalu, untuk peran utama perempuannya..." lanjut Sutradara Shin setelah pelayan selesai menata main course diatas meja. "...aku punya beberapa calon, jadi aku akan melakukan casting."

"Casting?"

"Ya, 2 minggu lagi, kau bisa datang?"

"Um, sepertinya bisa. Jadwalku dikosongkan sampai akhir tahun."

"Benarkah? bagaimana bisa untuk artis sepertimu?"

"Aku sudah meminta liburan pada agensiku sejak tahun kemarin. Awalnya aku mau memakai waktu berharga ini untuk istirahat dan jalan-jalan, tapi yah... kurasa aku juga tak mau melewatkan kesempatan bermain di film barumu."

Sutradara Shin tersenyum, "Haruskah kuucapkan terima kasih karena kau telah bergabung? Atau permintaan maaf karena mengganggu waktu liburmu?"

Joong ki memutar bola matanya dan mengambil gelas yang sudah diisi anggur disamping piringnya, "Lebih baik kita mulai makan saja sekarang. Sebelumnya, cheers?"

Sutradara Shin terkekeh dan mengangkat gelasnya, "Cheers, Dong Soo?"

Dong Soo yang sedari tadi hanya diam memerhatikan jalannya percakapan dengan gugup ikut mengangkat gelasnya dan berkata, "Cheers."

*

"Bo young-ssi, kau ini sedang apa? konsentrasilah saat bekerja!"

Seruan Kim 'si kumis tebal' membuat Bo young refleks menggulung naskah di genggamannya dan menyembunyikan naskah itu dibalik celemeknya, ia mendongak menatap wajah cemberut manajer minimarket tempatnya bekerja. "Maaf, Manajer Kimaku hanya sedang menghafal sesuatu" kata Bo young dengan cengiran lebar.

"Menghafal, hah? lakukan saja hal itu nanti setelah kau selesai bekerja!"

Bo young mengangguk, "Baiklah..."

Ting! suara lonceng yang menandakan pintu minimarket dibuka mengalihkan perhatiannya, ia refleks membungkukkan badan pada tamu yang datang, "Selamat datang!"

"Hei."

"Eh, kau!" senyum di wajah Bo young merekah saat melihat sosok lelaki jangkung dihadapannya. Lelaki itu masih memakai pakaian yang sama ketika terakhir ia temui, sendal jepit, celana gombrang selutut berwarna hitam, hoodie berwarna biru dongker, serta topi berwarna senada yang menutupi matanya.

"Kau masih ingat aku, Bo young-ssi?"

"Tentu saja! kau yang beli 5 coklat Coco malam selasa kemarin kan?"

"Whoa, ingatanmu hebat. Itu kan sudah 5 hari yang lalu." puji lelaki itu sambil mengambil keranjang disamping meja kasir.

"Tentu saja, kau mau belanja apa?"
Ups, muncul lagi sikap selalu-ingin-tahu ala Park Bo young, tapi instuisinya mengatakan lelaki dihadapannya tak keberatan akan hal itu.

"Apa ya? sesuatu yang enak untuk jadi cemilan saat menonton film... ada rekomendasi?"

"Popcorn dan cola?"

"Apa tidak terlalu biasa?"

"Aa, benar juga. " Bo young menatap ke atas, kebiasaannya saat sedang berpikir, " Kalau aku sih... suka makan cemilan yang manis-manis. Contohnya biskuit chocochips, wafer vanilla, bola-bola coklat, pocky... nonton film sambil makan eskrim juga enak! tapi karena sekarang cuaca sedang dingin... sebaiknya jangan!"

Lelaki itu tersenyum. Meski samar-samar karena tertutup bayangan topinya, Bo young dapat melihat lesung di pipi kanannya, "Sesuatu yang manis... baiklah."

Lelaki itu berbalik, berjalan menuju rak-rak makanan. Bo young memerhatikan punggung lebarnya sebelum kembali diam-diam membaca naskah lagi. Aaaah, melelahkan sekali! keluh Bo young dalam hati. Selama 5 hari terakhir ini ia terus berada di agensi untuk menerima segala 'pelatihan' untuk casting film yang diadakan kurang lebih seminggu lagi. Jujur saja Bo young masih merasa ragu, tapi melihat betapa semua orang mendorongnya untuk semangat dan bekerja keras untuknya, Bo young tak bisa mundur. Ia tak mau mundur.

Film Sutradara Shin yang baru ini sangat berbeda dengan filmnya yang selama ini ia tonton. Filmnya kali ini romantis, sedih, namun lucu. Judulnya pun menggelikan, 'Saranghae, Oppa'. Bercerita tentang seorang gadis panti asuhan di desa yang selalu ceria dan kekanakan, namun sebenarnya sangat kesepian. Gadis ini nantinya akan bertemu dengan seorang aktor terkenal yang sifatnya jelek, sombong, angkuh dan kasar, namun sebenarnya perhatian dan sedang sakit parah, (tentunya sang gadis diawal tak akan tahu akan hal ini). Aktor ini nantinya akan tinggal di panti asuhan . Awalnya mereka sama sekali tidak akur. Sang gadis berusaha bersikap ramah, namun sang aktor begitu angkuh dan menyebalkan. Tapi lama kelamaan, intinya, mereka jatuh cinta. Tapi diakhir cerita, penyakit sang aktor membuatnya tak berdaya dan akhirnya meninggalkan dunia. Mungkin sebagian orang tak akan suka menonton film klise dan tipikal seperti itu... apalagi jika peran utama wanitanya diperankan oleh model serabutan dan amatir seperti Bo young...

Fyuh~

Park Bo young mendesah panjang. Ia mungkin bisa berakting ceria dan kekanakkan, tapi kesepian? ia tak yakin bisa. Apalagi akting menangis. Entah kenapa, ia begitu mudah untuk menangis saat menonton sebuah film atau drama sedih, tapi begitu sulit untuk menangis saat dituntut untuk menangis. Terlebih, di dalam naskah itu, frekuensinya berakting ceria bisa disamakan dengan seberapa banyak ia harus menangis.

"Sedang membaca apa?"

"Omo! Kau mengagetkanku..."

Bo young menaruh tangannya yang bebas diatas dada sambil menatap sosok jangkung yang sudah kembali kehadapannya.

"Serius sekali, apa yang kau baca?"

"Ah..." Bo young menggulung naskahnya dan memasukkannya kedalam celemek. "Bukan sesuatu yang penting, kok. Mana belanjaanmu?"

Song Joong ki mengangkat tangan kanannya dan menaruh keranjang belanjaan diatas kasir.

"Waaaaah, seleramu bagus! aku juga suka semua makanan ini!" seru Bo young sambil menatap setumpuk cemilan didalam keranjang dengan mata berbinar.

Joong ki tertawa, "Ambillah yang kau mau."

"Mana bisa begitu," ucap Bo young sambil mulai menghitung harga satu persatu makanan. "Eh, kita ini belum berkenalan secara resmi ya? Baiklah, aku Park Bo young, 23 tahun, kau?"

"Apa? kau 23 tahun? kukira kau baru lulus SMA."

Bo young cemberut. "Hah? kau sedang menghinaku ya?"

Joong ki tersenyum, "Justru aku memujimu, wajahmu tampak lebih muda dari seharusnya."

Bo young tertawa, Joong ki suka sekali mendengarnya. "Lebih muda dari seharusnya? apa itu maksudnya... hey, siapa namamu? jangan coba mengalihkan pembicaraan ya."

Song Joong ki pura-pura sibuk memilih permen yang ada di bawah meja kasir, tentu saja ia tak akan mengaku kalau dirinya Song Joong ki, kan? Tapi... rasanya jahat jika ia mengacuhkan ajakan berkenalan nona Park Bo young dihadapannya. Ah... jadi artis sulit sekali...

"Halooo?"

"Hmm, kau harus menebak untuk tahu siapa namaku," ujar Joong ki. "Tapi kuberitahu secara gratis, umurku 26 tahun,"

Bibir Bo young mengerucut, "Kok begitu?"

Joong ki memberikan sebungkus permen tenggorokan pada Bo young, "Kau terima tantangan ini atau tidak?"

"Kalau aku tak terima?"

"Kau tak akan tahu namaku,"

"Ck, baiklah, baiklah. Jadi, sampai nanti aku tahu siapa namamu, aku harus memanggilmu apa?"

Joong ki bergumam, "Oppa?"

Bo young memiringkan kepalanya dan ikut bergumam, "Oppa?"

"Ya, Mysterious Oppa."

"Hahahaha, kedengarannya konyol."

Bo young memberikan keresek belanjaan pada Joong ki, setelah selesai transaksi, Joong ki mengambil permen tenggorokan rasa strawberry yang tadi ia beli dan menyodorkannya pada Bo young.

"Makanlah. Suaramu terdengar serak."

Bo young menatap bungkus pink permen itu, kemudian beralih menatap ujung topi Oppa dihadapannya. "Oppa...kau...kau..."

"Tampan?"

Bo young refleks memutar bola matanya, "Dasar. Mana bisa aku menilai kau tampan atau tidak kalau topi itu menutupi setengah wajahmu seperti ini."

Joong ki tertawa, "Ya sudah, ambillah."

"Ah...kau perhatian sekali ya... terimakasih." Bo young mengambil permen itu dan tersenyum tulus. Rasa hangat yang menyenangkan tiba-tiba menjalar ke pipinya. Karena akhir-akhir ini ia banyak berteriak di kamar mandi untuk melepas stress, suaranya jadi agak serak. Tapi... ia tak tahu kalau Oppa dihadapannya akan menyadari hal itu. Manisnya...

"Kapan kau selesai kerja?"

"Eh, ungg, setengah jam lagi, kurasa."

"Dimana rumahmu?"

"Dekat, hanya dua belokan dari sini..."

"Kutunggu didepan ya? Cepatlah."

Sebelum Bo young dapat mencerna apa yang barusan ia dengar, Oppa dihadapannya sudah beranjak keluar minimarket. Bo young mengerjapkan matanya sambil menatap punggung Mysterious Oppa itu. Jantungnya jadi berdebar-debar, apa itu maksudnya ia akan mengantarku pulang? Astaga... benarkah? apa dia jatuh cinta padaku? eh, tak mungkin kan... lalu, apa? Ah, mungkin dia hanya mengkhawatirkanku? Aigooo, Bo young, kenapa kau merasa sesenang ini? kau kan, bukan anak SMA lagi! norak sekali... 

*

Song Joong ki duduk di kursi depan minimarket dengan perasaaan yang tak kalah bingungnya. Apa yang ia pikirkan? tiba-tiba ingin mengantar gadis itu pulang... gadis itu pasti menganggapnya orang aneh yang berbahaya. Bagaimanapun, mereka baru bertemu dua kali, kan? Lalu, berada di luar selama ini beresiko, bagaimana kalau seseorang mengenalinya?

Joong ki menghabiskan dua bungkus pocky sambil menatap jalanan sepi dihadapannya, melamun. Astaga, kenapa banyak sekali hal yang harus ia pertimbangkan?

"Mysterious Oppaaa~" Joong ki menoleh saat sesuatu yang hangat menyentuh pipi kanannya, Park Bo young sedang tersenyum sambil menempelkan sebuah cup minuman tertutup di pipinya. "Hangat?"

"Lumayan." jawab Joong ki sambil berdiri. Ia menerima cup itu dan langsung menyeruputnya, ternyata isinya kopi. "Terima kasih. Kau sudah selesai?"

"Um, toko tutup lebih cepat karena sepi pembeli." jawab Bo young. Ia memegang cup minuman dengan kedua tangannya, kemudian menyesapnya pelan-pelan. "Hmm, enak."

"Apa itu? kopi juga?"

"Ini coklat. Kau mau?" tawar Bo young sambil menyodorkan cupnya ke depan wajah Joong ki.

Joong ki menaruh telapak tangannya diatas tangan bo young dan menyesap coklat itu. "Wah, apa-apaan ini, manis sekali."

"Benarkah? tapi enak, kan? aku suka." ujarnya sambil menyesap coklatnya lagi. Sedetik kemudian, Bo young hampir tersedak karena menyadari kalau mereka baru saja minum dari tempat yang sama dengan ringannya, seolah-olah itu sudah biasa, seperti sepasang kekasih, astaga? Bo young menelan minuman itu seperti menelan sebongkah batu.

"Baiklah, tunjukkan arah menuju ke rumahmu." ujar Joong ki. Gadis dihadapannya hanya diam sambil menatap cup cokelatnya seolah-olah benda itu akan berubah jadi naga. "Bo young-ssi?"

"Ah, iya, a-ada apa?"

Alis Joong ki terangkat satu, kenapa gadis itu jadi gugup... ah! sesaat kemudian Joong ki tersadar, gadis ini pasti menyangka ia lelaki berbahaya. Yah, wajar saja, ia memang orang asing.

"Tenang saja, aku bukan orang jahat, aku hanya ingin mengantarmu." jelas Joong ki.

"Aku tahu..." ujar Bo young. "Ayo, Oppa."

Rasanya mendengar gadis itu memanggilnya 'Oppa' menyenangkan sekali, fans Joong ki yang rata-rata remaja juga memanggilnya Oppa, tapi rasanya berbeda. kenapa ya? Park Bo young ini memang aneh. "Ayo." Joong ki mengambil keresek belanjaannya dan berjalan disamping Bo young.

Sepanjang jalan mereka mengobrol tentang banyak hal. Tempat makan yang enak, kondisi kota Seoul yang semakin padat, lagu kesukaan... hingga 5 menit kemudian, mereka sudah sampai didepan rumah Bo young, sebuah apartemen sederhana berlantai tiga.

"Nah, Mysterious Oppa, terima kasih telah mengantarku. Kau saaaaaaaaangat baik." ujar Bo young sambil tersenyum, pipi dan hidungnya memerah karena kedinginan.

"Oo, cepat masuk dan tidurlah."

"Ah sebentar." Bo young merogoh sakunya dan memberikan bantalan penghangat pada Joong ki. "Genggamlah ini agar kau tetap hangat."

"Terima kasih, Bo young-ssi," ujar Joong ki. "Sekarang masuklah,"

"Tidak, kau saja yang pergi duluan."

Joong ki mengangkat tangan dan secara otomatis menyingkirkan sejumput rambut yang terselip di bibir Bo young. Bo young terkesiap saat merasakan hangatnya tangan Joong ki.

"Pipimu dingin sekali,"
"Tanganmu hangat sekali."

Keduanya mengerjap dan tertawa berbarengan. Joong ki menangkupkan telapak tangannya di pipi kanan Bo young, "Hangat?"

Bo young merasa wajahnya seketika semerah kepiting rebus, jantungnya berdebar kencang... uwaaaaaa! "ha-hangat."

Joong ki tersenyum. "Cepatlah masuk sebelum tubuhmu jadi es."

Bo young sedikit merasa tak rela saat Joong ki melepaskan telapak tangannya dari pipinya, "Baiklah... Ummm, selamat malam."

Joong ki tersenyum dan memasukkan kedua tangannya ke saku hoodienya yang berisi bantalan penghangat. "Dah,"

Bo young menganggukkan kepala dan berbalik. Baru beberapa langkah gadis itu berjalan, ia kembali membalikkan tubuhnya dan tersenyum saat mendapati Mysterious Oppa masih berdiri disana. "Sampai jumpa?"

"Sampai jumpa." balas Joong ki.

Bo young tersenyum lebih lebar, ia memasuki pintu apartemennya dengan perasaan berbunga-bunga. Astaga... Park Bo young, kau berlaku seperti anak SMA lagi... 

*



Selasa, 02 April 2013

(unknown title) - part 1

Diposting oleh 28 di 18.15 0 komentar

Author : Clover
Genre : Romance, Comedy
Casts:
-Boki couple (Song Joong ki, Park Bo young)

note : Disini gue cuma numpang pake nama mereka berdua aja, storynya murni imajinasi gue sendiri. Well, ini pertama kalinya gue bikin fanfict :p (ini fanfict bukan? haha), dan gue nggak terlalu suka juga sama hal-hal berbau korea, tapi semenjak gue liat film 'A werewolf Boy', dan ngeliat kedekatan Park Bo young sama Song Joong ki, gue nggak tahan buat bikin cerita tentang mereka... gue nggak tau ini cerita bakal dibaca sama orang apa engga (lol), but yeah, enjoy ~

*****

"Apa? tawaran main film?"

Song Joong Ki membuka kulkas dan mengambil sekaleng cola, ponselnya terapit diantara telinga kiri dan bahunya.

"Kurasa aku sudah bilang akan istirahat sampai akhir tahun nanti." katanya sambil menarik penutup kaleng, csss, suara desis soda yang riang memecah kesunyian apartemennya yang gelap.

"Tapi tawaran ini sayang sekali untuk kau lewatkan." ujar Dong Soo, managernya dengan antusias. "Kau tahu, film ini bukan film biasa, film ini filmnya Sutradara Shin!"

Joong Ki tak jadi meminum colanya, alis tebalnya terangkat sebelah, "Apa? Benarkah?"

"Ha, kau kaget kan?"

Joong Ki membawa colanya menuju ke ruang TV dan duduk di salah satu sofa, ia meneguk colanya sebelum berujar, "Filmnya pasti akan makan banyak waktu," Joong Ki ingat ketika terakhir kali ia mendapat peran utama untuk film action-thriller Sutradara Shin, ia menghabiskan waktu satu tahun lebih untuk bekerja keras, mulai dari awal proses latihan bela-diri, proses syuting, hingga proses promosi film. Hasilnya pun memuaskan, filmnya ditonton 5 juta orang dalam waktu seminggu dan ditayangkan di 6 negara asia. Sebenarnya bermain di film Sutradara Shin yang baru pasti akan menyenangkan, tapi, sekarang ia benar-benar butuh istirahat.

Tawa Dong Soo yang renyah mengembalikan konsentrasi Joong Ki, "Mungkin, tapi film kali ini akan benar-benar berbeda!"

"Apanya?"

"Tidak akan ada acara tembak menembak ataupun saling bunuh di filmnya kali ini, karena..."Dong Soo memberi jeda, seolah menambah efek dramatis pada kalimat selanjutnya. "Filmnya bergenre romantis! Bayangkan!"

Joong Ki hampir tersedak mendengarnya, ia menelan seteguk cola yang sudah berada dimulutnya dengan paksa, "Apa?"

"Ya,ya, kutahu kau pasti terkejut!" lanjut Dong Soo. "Seorang Sutradara Shin yang selama ini tersohor akan kepiawaiannya menghasilkan film action dan thriller yang menakjubkan tiba-tiba ingin membuat film romantis! Bahkan wajahnya yang garang itu sama sekali tidak cocok untuk hal-hal seperti ini, kaupun berpikir begitu bukan?"

Joong Ki tersenyum mendengarnya, "Aku tak mengerti, kenapa ia tiba-tiba ingin membuat film seperti itu?"

"Yah, kau tanyakan sendiri saja alasannya." jawab Dong Soo. "Sutradara Shin menghubungiku kemarin, katanya ia tertarik menjadikanmu peran utama di film barunya ini, aku sudah bilang kau cuti sementara, tapi ia bersikeras, dia bilang hanya kau yang cocok untuk bermain di filmnya. Berlebihan, ya? Tapi sutradara itu terdengar antusias sekali. Yah, keputusan tetap ada ditanganmu, Joong Ki."

Joong Ki menatap langit-langit apartemennya, tiba-tiba niatnya untuk cuti sampai akhir tahun dari dunia showbiz goyah, tawaran ini menarik sekali. "Akan kupikirkan lagi, Hyung."

Diseberang, Dong Soo tersenyum, ia tahu kalau anak asuhnya itu tak akan melewatkan kesempatan langka ini. "Baiklah, nikmati hari liburmu, akan kuhubungi kau nanti."

Joong Ki menaruh ponselnya diatas meja kecil disamping sofa, kemudian mengambil remote TV. Ia menyalakan TV dan langsung menekan tombol channel berita. Seorang reporter wanita sedang membacakan berita mengenai krisis ekonomi dengan wajah getir. Joong Ki bersandar santai di sofa sambil mendesah, otaknya berpikir keras. Apa ia harus mengorbankan waktu liburan yang telah ia minta berbulan-bulan lalu pada agensinya untuk bermain di film Sutradara Shin?

Tentu tidak.

Atau ya.

Ia sudah kenal dekat dengan sutradara nyentrik berbakat itu, dan ia ingin sekali terlibat dalam proyek barunya ini.
Tapi, disisi lain, ia sudah jenuh dengan kilatan blitz kamera yang selalu membidiknya, stiker bertuliskan 'Song Joong Ki, artis yang sedang naik daun' seolah menempel di dahinya. Awalnya memang terasa menyenangkan, tapi lama-lama tak dapat dipungkiri ia merasa muak. Ia sungguh butuh privasi sekarang, dan tentunya, liburan.

Tapi... dari pengalamannya, proses pembuatan film komedi-romantis tidaklah terlalu melelahkan. Dan tidak diperlukan latihan beladiri atau semacamnya sebelum mulai proses syuting. Jadi...

Tiba-tiba suara dentingan piano yang riang membuyarkan lamunan Joong Ki. Ia menatap layar TV, wajah presenter tadi sudah berganti dengan wajah seorang gadis yang ceria. Gadis itu memakai dress warna-warni yang mengembang dan wig keriting berwarna pirang yang diatasnya terdapat pita besar berwarna pink. Ia berlarian bersama anak-anak kecil di sebuah negeri permen sambil membawa peta harta karun, kemudian ia menemukan kotak harta karun berwarna pink dibalik sebuah pohon permen, kotak itu berisi bermacam-macam coklat bermerk Coco. Joong Ki menelan ludah saat menyaksikan gadis dan anak-anak itu menggigit coklat dengan nikmatnya. Kira-kira... sudah berapa lama ya, ia tidak makan coklat?

Baiklah.

Joong Ki mematikan TV dan beranjak menuju kamarnya. Ia langsung mengambil Hoodie berwarna biru dongker dan topi berwarna senada dari dalam lemari. Setelah siap dengan penyamaran yang seadanya, Joong ki keluar dari apartemen mewahnya dan berjalan menuju minimarket lewat gerbang belakang.
Ah... sudah lama ia tak berjalan-jalan sendirian saat malam hari.

Ia sama sekali tak merasa khawatir akan ketahuan fansnya. Song Joong Ki yang biasanya tak mungkin memakai celana gombrang selutut dan sendal jepit di akhir musim gugur, belum lagi tak banyak cahaya yang dapat menyorot wajahnya sehingga orang yang lalu lalang tak menyadari bahwa Song Joong Ki, seorang aktor dan penyanyi terkenal sedang berjalan santai menuju minimarket untuk membeli coklat Coco.

Joong Ki melewati beberapa minimarket yang berada di lingkungan apartemennya. Malam ini harusnya terasa dingin menusuk tulang, tapi suhu tinggi tubuh Joong Ki menjaganya tetap merasa hangat. Ia rindu saat-saat bebas yang langka seperti ini. Jadi, ia memutuskan untuk berjalan lebih jauh.

Akhirnya Joong ki  memasuki minimarket yang terletak disamping klinik dokter gigi dan warung mie yang sudah tutup. Daerah ini tak pernah ia kunjungi sebelumnya, jalannya juga sempit dan tidak terlalu ramai, dengan pencahayaan yang remang.

"Selamat datang."
Joong Ki agak terkejut saat mendengar sapaan dari arah kasir. Ia merendahkan ujung topinya agar lampu di minimarket tidak menyorot wajahnya. Setelah mengambil keranjang, Joong Ki langsung memburu makanan ringan seperti orang gila, 1 bungkus besar keripik singkong dan keripik kentang, 2 botol besar jus jeruk dan soju, 3 bungkus ramyun dan 5 batang coklat Coco. Ia mendesah puas saat melihat keranjangnya yang penuh diatas meja kasir.

"Wah... Anda sedang kelaparan ya?"
Joong ki mengangkat wajahnya untuk menatap penjaga kasir yang sedang mengambil makanannya satupersatu dari keranjang. Ia tertegun, rasanya... ia pernah melihat gadis itu.

"Hanya butuh waktu 3 menit untuk mengambil semua makanan ini, ckck."

"Ah..."  Joong ki memasukkan tangannya kedalam saku hoodie. "Aku tak tahu kau menghitung."

Gadis penjaga kasir itu tersenyum, "Minimarket sedang sepi sih, jadi aku memutuskan untuk memerhatikanmu... Ngomong-ngomong, aku juga suka coklat ini."

Joong ki melihat gadis itu tersenyum sambil menunjukkan satu batang coklat Coco.

"Baiklah, semuanya jadi 62.000 won."

Joong ki memberikan selembar 100.000 won, lalu kembali memerhatikan gadis penjaga kasir yang sedang mengambil uang kembalian. Di celemeknya ada nametag bertuliskan Park Bo young. Joong ki tersenyum, nama yang bagus.

"Ah, benar." ujar gadis itu tiba-tiba, ia menggeser rak cd kecil yang berada diujung meja kasir. "Kau tidak terburu-buru kan? boleh aku promosikan album-album ini sebentar? bossku mewajibkan setiap karyawan untuk mempromosikan album-album ini pada setiap pelanggan, memusingkan sekali."

Joong ki tersenyum mendengar celotehan gadis itu, suaranya lucu, "Baiklah, aku punya cukup waktu."

"Terima kasih. Yah, kau tahu, minimarket ini mulai menjual album-album baru dari penyanyi yang sedang booming. Kalau kau tertarik, kau bisa membelinya. Aku tidak memaksamu lho. Aku kan hanya promosi. Umm, disini yang paling banyak dibeli itu album..."

Sambil mendengarkan nona Park Bo young di depannya berceloteh, Joong ki menatap rak CD itu dan tersenyum saat melihat albumnya berada dibagian teratas rak.

"Halo? apa kau mendengarkanku?"

"Tentu saja. Kalau kau suka yang mana?"

"Aku?" gadis itu memiringkan kepala sambil melihat rak CD. "Umm, aku suka Jay Park, tapi albumnnya sudah habis."

"Kalau ini?" Joong ki mengambil albumnya dan menunjukkannya. "Katanya albumnnya terjual sampai 1 juta copy dalam kurun waktu sebulan."

"Song Joong ki? Cih," bibir gadis itu mengerucut. "Kenapa banyak sekali orang yang menanyakan albumnya ya? padahal menurutku dia biasa saja... yah, ada beberapa lagunya yang sering kudengar sih, tapi, dia itu menyebalkan...Ah, maaf, maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk menjelekkannya. Maaf ya."

Song Joong ki tercengang, apa barusan gadis di depannya ini baru saja bilang dia biasa saja dan menyebalkan dalam satu tarikan napas? Bibirnya melengkung membentuk senyuman geli.

"Kau anti-fannya?"

"Apa? anti-fan? tidak...tidak...aku hanya... punya kenangan buruk dengannya."

Kening Joong ki berkerut dibalik bayangan topinya, "Apa itu?" tanyanya reflek.

"Aaah, itu sudah lama sekali. Ah! Selamat datang, ajeossi!" .

Joong ki berbalik dan menatap seorang paman memasuki mini market. Yah, sepertinya sudah waktunya ia pergi.

"Baiklah, aku beli album ini saja." ujar Joong ki sambil menyodorkan albumnya sendiri. "Kebetulan aku ini fan fanatiknya."

Park Bo young tercengang, senyum cerianya berubah canggung, "Aaa... benarkah? aku bukan bermaksud..."

"Aku tahu, tenang saja." Joong ki menahan seringaiannya.

"Baiklah, ini kembaliannya."

Joong ki menerima uang dan kantung keresek yang disodorkan Bo young-ssi dihadapannya.

"Terima kasih banyak ya!" ujarnya dengan ramah. "Hati-hati saat jalan pulang."

"Kau baik sekali. Park Bo young-ssi." ujar Joong ki sambil berpura-pura membaca name tag di celemek Bo young. Ia kemudian mengeluarkan sebatang coklat dan menyodorkannya untuk gadis itu. "Untukmu, ambilah."

Mata Bo young melebar, "Tak usah, sungguh..."

"Ambilah, Bo young-ssi. Aku memaksa."

Bo young tersenyum, "Baiklah kalau begitu, terima kasih ya, kau juga baik sekali."

Joong ki tersenyum dan mengangkat tangan sebagai tanda perpisahan. Park Bo young balas melambai-lambaikan tangannya sambil tersenyum manis. Sekejap Joong ki merasa terpesona.

"Datang lagi ya!"

Joong ki hanya tersenyum, ia menenteng keresek makanannya yang besar sambil memakan sebatang coklat coco keluar dari minimarketSudah lama ia tidak berinteraksi dengan orang asing yang tak mengenal siapa dirinya di tempat umum.

Sudah lama juga ia tidak merasa hangat karena diperlakukan ramah oleh seorang wanita.

Hmm, mungkin lain kali ia akan mampir ke minimarket itu lagi.

*

"Pacarmu, Bo young?"

Bo young mengalihkan perhatiannya dari monitor kasir pada Kim Jeong-guk, seorang ajeossi yang hampir setiap malam datang ke minimarket untuk membeli soju, ramyun atau rokok. Badannya gempal dan pendek, seperti pesumo, tapi wajahnya selalu dihiasi senyum.

"Siapa?"

"Lelaki yang tadi mengobrol denganmu disini."

"Ah, itu. Bukan, dia bukan pacarku, dia pelanggan baru."

"Begitukah?" Jeong-guk mengeluarkan segulung uang dari sakunya. "Kau harus berhati-hati pada lelaki Bo young, gadis cantik sepertimu pasti akan banyak yang mengejar... apa kau punya pacar? berapa semuanya?"

Bo young sudah terbiasa dengan pertanyaan beruntun dari ajeossi dihadapannya ini. "Kebetulan aku tidak punya, ajeossi, apa kau punya seseorang untuk dikenalkan padaku? Smeuanya jadi 20.000 won."

"Ah, kau ini," Jeong-guk memberikan 2 lembar 10.000 won pada Bo young. "Sebenarnya kau hanya perlu mengedipkan matamu saja pada lelaki manapun yang kau suka, kuyakin dia akan langsung bertekuk lutut didepanmu."

"Ah, ajeossi terlalu berlebihan," komentar Bo young sambil tertawa. "Baiklah, terima kasih sudah berbelanja disini ya, salam untuk Ajumma di rumah!"

"Ya, selamat malam!"

Bo young mengangguk, saat Jeong-guk sudah keluar dari mini market, ponsel di saku sweaternya berdering. Dari Manajer Han. Ia menengokkan kepala kekanan dan kiri, manajernya sedang sibuk dibelakang minimarket, dan tampaknya, dari situasi jalan yang sepi, tak akan ada pembeli dalam waktu dekat,

Sudut bibir Bo young terangkat, ia menekan tombol hijau dan mulai berbicara pelan, "Selamat ma..."

"Park Bo young! Kau tak akan percaya dengan berita yang akan aku sampaikan! Aigoo, aigoo, aku benar-benar tak dapat menahan diri! GYAAAA!"

Bo young menjauhkan ponselnya dari telinga sebentar, teriakan melengking Manager Han membuat telingannya berdenging seketika, "Eonni, tenanglah."

"Tidak, tidak, tidak, aku tidak bisa tenang! Astaga Bo young, kau pasti juga akan merasa terkejut!"

"Ada apa sih, eonni? Oh, apa ini tentang iklan yang baru-baru ini aku bintangi?"

"Iklan? ah, bukan, bukan tentang itu! ini sesuatu yang lebih spektakuler!" jawab Manager Han, suaranya sudah lebih terkontrol sekarang. "Tapi mengenai iklan itu, sepertinya produsen Coco suka dengan imagemu di iklannya, katanya angka penjualannya juga sedikit meningkat setelah iklan itu ditayangkan."

Senyum Bo young makin lebar, ia meletakkan tangan diatas dada, "Begitukah? Syukurlaaaah."

"Kau senang?"

Bo young mengangguk, "Tentu saja!"

"Aku punya berita yang lebih bagus untukmu! Kau pasti takkan bisa menebak apa."

"Umm... tentang perpanjangan kontrakku di majalah Cherry?" tebak Bo young.

Diseberang sana Manager Han menggoyang-goyangkan telunjuknya, "A-a~ salah!"

"Apa dong..."

"Yah, sepertinya aku memang harus memberitahumu. Kau tahu Sutradara Shin? Itu, yang menyutradarai film A thousand miles from city, film yang kita tonton bersama di bioskop di barisan bangku paling depan karena telat membeli tiket. Naaah, dia akan membuat film baru musim dingin ini! Dan... dan... Bo young, kau mendengarkanku tidak?"

"Ya, lanjutkan eonni."

"Lalu, sampai mana tadi?"

Bo young tersenyum sambil geleng-geleng kepala, dasar eonni, "Sampai sutradara Shin akan membuat film baru di musim..."

"Ah, kau benar! Dan kau tahu tidak?! Sutradara besar itu barusan menghubungi agensi kecil kita dan mengundangmu untuk ikut casting dalam film barunya! Katanya ia melihatmu di majalah Cherry dan merasa imagemu akan cocok dengan filmnya, jangan tanyakan aku kenapa sutradara berwajah gorila itu membaca majalah anak-anak seperti Cherry, karena aku juga tak mengerti!"

Bibir Bo young bergerak-gerak kaku, "Apa? Eonni, kau... kau se-serius?"

"Ya! Ya! Terkejut kan?! Kami langsung heboh setelah menerima telepon itu! Pokoknya, besok jam 10 kau sudah harus ada di agensi ya! Sampai jumpa!"

"Eon...Tuuuut....tuuuut...."...ni..."

Bo young menurunkan ponselnya dari telinga lambat-lambat, suara denting lonceng pintu minimarket yang terbuka membuatnya terlonjak kaget, "Ah, Se-selamat datang!" sapanya sambil membungkukkan badan pada seorang lelaki kurus beruban.

Bo young segera menaruh ponselnya kedalam saku sweater. Jantungnya berdetak kencang, ia diundang casting film Sutradara Shin? Astaga... benarkah?

Sebenarnya, Bo young tidak terlalu merasa girang mendengarnya, ia hanya... terkejut dan otomatis jadi berdebar-debar. Ia tidak pernah ikut casting film apapun sebelumnya. Selama ini ia hanya jadi model serabutan di majalah anak-anak, katakanlah, modal utamanya hanya wajahnya yang imut dan ceria. Bahkan tinggi badannya saja hanya 153cm. Proyek terbesarnya adalah iklan coklat merek Coco beberapa bulan silam, dan iapun sangat payah saat proses syuting. Dan sekarang ia tiba-tiba... ikut casting main film?

Eonni pasti bercanda. pikir Bo young sambil menggeleng. Sekalinya ia ikut casting pun, ia pasti akan gagal dan membuat malu agensi.

"Kau mau hitung belanjaanku atau tidak?"

Bo young mengangkat kepalanya dan bertatapan dengan seorang lelaki tua yang berwajah kesal, matanya menyorot Bo young dengan sengit, "Ah, maaf ajeossi. aku melamun." sahut Bo young sambil membungkukkan badan berulang kali. Dengan terburu-buru ia segera menghitung belanjaan lelaki tua didepannya.
Aaah...
Bo young mendesah pelan, aku kan payah, mana bisa ikut casting film hebat seperti itu batinnya sambil geleng-geleng. Besok, ia akan bilang ke Manajer Han kalau ia tak siap mengikuti casting film, setidaknya untuk sekarang.

*

"Tentu saja kau siap!"

Bo young terkesiap saat mendengar suara melengking Manajer Han. "Ta-tapi... eonni...aku..."

"Bo young sayaaaang, ini adalah kesempatan besarmu untuk mengepakkan sayap lebih lebar di dunia showbiz korea! pikirkan baik-baik!" potong Manajer Han.

"Benar, Bo young-ssi, kau juga bisa mengangkat nama agensi kita yang sudah terpuruk ini." tambah Hyorin, makeup artist milik agensi Bright, agensi kecil yang menaungi Bo young dan beberapa model lainnya.

"Tapi aku..."

"Apa kau tidak bosan jadi model majalah anak-anak terus? Kau pernah bilang tujuanmu masuk agensi ini karena ingin cari banyak uang kan? Dengan bermain di film sutradara Shin, aku jamin dompetmu akan menebal berkali-kali lipat! Kau tidak akan perlu bekerja part time disana-sini lagi! Pikirkan itu Park Bo young." tambah Manager Han dengan semangat.

Bo young tersenyum canggung, memang benar sih... tapi... "Aku tidak percaya diri, eonni, lagipula sejak awal aku tak pernah berniat serius dibidang ini... aku hanya coba-coba, kau tahu..."

"Ah! Lupakan hal itu!" potong Manager Han. "Cobalah untuk ikut casting, Bo young. Aku sadar kau memang dilahirkan untuk jadi seorang artis sejak pertama aku melihatmu. Kau memang agak payah di depan kamera... tapi kau punya bakat! Percayalah pada Manajer Han ini. Soal berhasil atau gagal, itu masalah nanti, yang penting kau mencoba, ya?"

Bo young menunduk sambil memilin jarinya, rasanya tak enak juga kalau menolak tawaran casting ini, padahal semua orang di agensinya kentara sekali menaruh harapan pada dirinya, tapi... ia berhak memutuskan, kan?
Uh, Bo young mengerucutkan bibirnya, baiknya bagaimana ya?

"Apa sih, yang kau takutkan?" tanya Manajer Han, seolah ia tidak mendengar penjelasan Bo young tadi.

"Aku kurang percaya diri akan kemampuanku berakting. Aku juga... takut mempermalukan agensi ini... aku ... pokoknya..." Bo young menelan ludah ditengah suasana hening diantara dirinya dan staf-staf agensi Bright yang sedang memerhatikannya. "Aku... aku tidak siap."

Manajer Han tersenyum, "Kau memang belum siap. Tapi kami semua akan membantumu untuk siap!"

"Benar, Bo young-ssi, waktu casting masih sebulan lagi, kau masih punya waktu untuk latihan!" timpal salah seorang staff sambil mengacungkan jempol.

"Iya, kau bisa belajar."

"Kau pasti bisa!"

"Semangatlah!"

Bo young menggigit bibirnya dan seketika terharu mendengar dukungan para staff agensi Bright, ia menatap satu persatu wajah yang tersenyum hangat sambil memberinya semangat, tatapannya terhenti pada Manager Han yang terlihat bersemangat, diusianya yang sudah lebih dari 30 tahun, wanita itu selalu terlihat enerjik dan muda, "Bagaimana?"

"Tak ada salahnya untuk mencoba, lho." timpal Hyorin sambil mengedipkan matanya.

Bo young tersenyum dan mengangguk pelan, "Baiklah..." ujarnya, masih setengah tak yakin.

Wajah Manajer Han langsung bersinar secerah matahari musim panas, senyum di bibir berlipstiknya bertambah lebar beberapa senti, ia menghampiri Bo young dan menggenggam tangannya erat, "Bagus! Mulai sekarang, percayakan semuanya pada eonni-mu ini! Akhirnya, tiba juga kejayaan agensi reot ini! Hidup agensi Bright!!!"

Bo young hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala dengan gugup. Semoga saja aku bisa...
*
 

Clover's Blog Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos