***
"Aku bisa lihat kau tertarik pada gadis itu."
Pertanyaan Sutradara Shin membuyarkan lamunan Joong ki. "Gadis itu?"
"Ya, namanya Bo young, ya?"
"Aaaah," Joong ki tersenyum. "Mata hyung memang tajam."
"Apa yang menurutmu menjadi nilai plus gadis itu?"
Joong ki bergumam, "Mm, dia lucu."
"Lucu?"
"Wajahnya tak bosan dilihat, kurasa dia akan cocok untuk peran wanita film ini. Kau menyuruhnya bermain piano dan bernyanyi karena nanti akan banyak adegan itu, kan? Yaaah, permainan dan suaranya memang tidak begitu bagus, tapi tetap enak didengar.." jelas Joong ki, nyaris tak bisa menutupi rasa ketertarikannya.
Sutradara Shin menggelengkan kepala, "Ckckck, kau bukannya jatuh cinta dengan model itu kan?"
Joong ki menyeringai, "Tidak. Tapi aku memang menyukainya."
"Ah, lupakanlah," kata Sutradara Shin, ia menutup map yang sedang ia baca. "Aku dan yang lain mau makan malam, ikut?"
"Kurasa hari ini aku pass," jawab Joong ki, masih dengan cengiran di wajah imutnya, "Aku punya hal penting untuk dilakukan."
Sutradara Shin sama sekali tak terlihat penasaran atau curiga, ia hanya mengangkat bahu dan kembali berkutat dengan lapotopnya.
*
Sepulang dari rumah produksi, Joong ki langsung mandi dan ganti baju. Malam ini ia akan pergi ke minimarket itu lagi. Kali ini, Joong ki tidak mengenakan hoodie biru dongker dan celana gombrang hitam selutut untuk penyamarannya, ia memakai kaos hitam polos dirangkap jaket merah,celana training hitam dengan strip putih dipinggirnya dan topi merah bertuliskan MUFC. Penampilannya seperti orang yang mau jogging di malam musim gugur. Sungguh menggelikan.
Joong ki tak berlama-lama. Dengan tetap hati-hati dan waspada, ia keluar apartemen dari pintu belakang, kemudian mulai berjalan santai, yah, mungkin bisa dibilang sedikit rusuh, menuju ke minimarket tempat Bo young-ssi itu bekerja, semoga saja malam ini ia ada disana.
Joong ki menurunkan ujung topinya saat ia mendorong pintu masuk minimarket.
"Selamat datang."
Joong ki menoleh kearah kasir dan menemukan seorang pria bertubuh pendek dengan kumis tebal berdiri disana, ia mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan. Park Bo young tidak ada.
"Anak muda, ada yang bisa kubantu?" tanya pria itu.
"Ah, tidak, terimakasih." Joong ki mengambil keranjang makanan, semangatnya langsung menghilang entah kemana. Dengan malas-malasan ia menuju ke rak makanan dan mengambil bungkus apapun yang ia sentuh. Ah, kemana Park Bo young?
Tingtingtingting! Tiba-tiba terdengar suara lonceng yang heboh dari pintu masuk.
"Ma-manajer Kiiiim! haaah, haaah, ma-maafkan aku karena terlambat." ujar seseorang dengan napas tersengal-sengal. Joong ki mendongak, mengintip dari atas rak ke pintu masuk. Senyumnya langsung melebar saat melihat Park Bo young sedang membungkukkan badan berulang-ulang pada pria berkumis di hadapannya.
"Kau ini! Kau telat satu jam!"
"Aku ketiduran.... maafkan aku," ujar Bo young sambil membungkukkan badannya lagi.
"Ah, sudahlah! Cepat siap-siap dan bekerja."
"Ya, ya, terima kasih, ajeossi,"
"Apa?!"
"Ah, maksudku, Manajer Kim." ralat Bo young. "Aku siap-siap dulu ya."
Joong ki melihat Bo young berjalan ke belakang minimarket dan masuk ke sebuah pintu. Tak lama, gadis itu keluar. Mantel dan tasnya sudah dilepas, diganti dengan celemek warna biru tua. Rambutnya yang tadi berantakkan sudah dirapikan dan diikat, poninya di jepit ke atas. Joong ki benar-benar yakin Park Bo young yang ini adalah gadis yang bernyanyi sambil memainkan keyboard dihadapannya tadi siang. Tiba-tiba senyumnya semakin lebar.
Setelah mengambil beberapa makanan untuk memenuhi keranjangnya, Joong ki segera menuju kasir, sebelum ia sempat menyapa, Bo young sudah berteriak, "Ah! Mysterious Oppa! Tumben kau datang."
"Halo." sapa Joong ki pelan, takut-takut Bo young mengetahui identitasnya dari suaranya.
Tapi Bo young tampak tak sedikitpun sadar akan hal itu, "Haiiss, kau suka sekali pakai topi ya?"
"Begitulah, jelek ya?"
"Tentu saja!"
"Kenapa?"
"Karena topinya menutupi setengah wajahmu."
Joong ki tertawa sambil menaruh keranjang diatas meja kasir, "Kalau kubuka, kau pasti akan terpesona."
Bo young tersenyum, "Masa? Aku malah berpikir kau tak punya alis atau kelopak mata."
"Apa?"
"Hahaha, bisa saja kan."
Joong ki memerhatikan Bo young yang mulai menghitung belanjaannya, entah kenapa rasanya dengan begitu saja ia sudah merasa senang. Pancaran energi positif gadis itu seolah dapat diisap tubuh Joong ki yang lelah.
"Bo young, shiftmu selesai jam berapa?"
"Hm?" Bo young mendongak. "Kira-kira dua setengah jam lagi... kau jangan menungguku, Oppa, ah, aku terlalu gr ya."
"Aku memang ingin menunggumu kok. Aku ingin traktir kau makan." ujar Joong ki.
"Benarkah? Aaah, pasti akan menyenangkan... " kata Bo young. "Tapi mau bagaimana lagi... shiftku masih lama."
"Ya sudah, lain kali saja." Joong ki membantu Bo young mengeluarkan belanjaannya dari keranjang. "Tadi kau terlambat datang ya?"
"Ah, kau dengar aku dimarahi ya?" Bo young nyengir lebar.
"Kenapa terlambat?"
"Tadi siang aku ada urusan yang melelahkan... waaaaah... aku lega semuanya sudah berakhir."
Joong ki diam-diam tersenyum, "Begitu. Oh ya, kau kerja hari apa saja?"
"Hari senin sampai jum'at, kenapa tanya? aaaah, jangan-jangan kau kesini hanya untuk menemuiku? Aigoo Oppa, manis sekali..."
"Wah, ketahuan juga akhirnya." sahut Joong ki.
"Dasar... Mmm, semuanya jadi 68.000 won."
Joong ki mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya dan menyodorkan uang itu pada Bo young, "Besok aku datang lagi."
"Besok? Sayang sekali... besok aku akan ke Daejeon."
"Daejeon?"
"Mm, aku mau menemui keluargaku. Ah... rasanya rindu sekali."
"Berapa lama?"
"Kurasa 3 atau 4 hari..." Bo young menyipitkan mata sambil tersenyum curiga pada Joong ki. "Kenapa, Oppa? Apa kau akan merindukanku?"
Joong ki mengangkat bahu, "Yah, aku hanya ingin terus ditraktir cokelat coco olehmu."
Bo young terkesiap, "Apa? Kau... menyadarinya?"
"Tentu saja." jawab Joong ki. "Setiap aku belanja, kau selalu memberikan cokelat itu padaku secara cuma-cuma."
"Haha, kau teliti juga ya. Aku punya banyak persediaan coklat itu dirumah. Jangan khawatir."
"Kenapa kau suka sekali cokelat itu?"
"Kalau kau tahu jawabannya, kau pasti akan terkejut." jawab Bo young.
Joong ki tersenyum, "Kenapa?"
"Kau harus menebak untuk tahu kenapa!"
"Aaah, kau meniru caraku."
Bo young pura-pura cemberut, "Memangnya kau saja yang bisa main tebak-tebakan,"
"Hmm, biaklah," ujar Joongki. "Apa karena kau model iklan produk coklat itu? gadis yang memakai wig keriting warna pirang, tingginya sepertinya sama denganmu... Ah, tapi tidak mungkin ya?"
Bo young terdiam, terlihat sekali terkejutnya. Ia kemudian menggaruk tengkuknya gusar. "Ah..."
"Tidak-tidak, kurasa bukan itu alasannya. apa karena rasa coklatnya yang manis?"
"Umm, yah begitulah..." Bo young tersenyum kaku.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu ya? Kau bersenang-senanglah di Daejeon. Aku akan mampir lagi saat kau sudah bekerja." Joong ki mengambil belanjaannya. "Annyeong."
"Annyeong..." Bo young melambai-lambaikan tangannya.
Ia menatap punggung Joong ki yang berlalu sambil berpikir keras, tadi kukira Oppa benar-benar tahu aku yang jadi model iklan Coco, bikin kaget saja....... pikirnya.
drrrt, drrrt, tiba-tiba ponsel disaku celemek Bo young bergetar. Ada SMS.
From : Park Geun young
Bo young, besok kau benar-benar akan pulang?
Jangan lupa oleh-oleh ya...
Eonni merindukanmu <3
Bo young tersenyum, sembunyi-sembunyi ia mengetik balasan.
To : Park Geun young
Yaaaa, eonni~ tunggu aku ya!
Oleh-oleh? kau ingin apa? make-up? baju? bilang sajaaa
tapi tak bisa yang terlalu mahal ya, hehe
Aku juga sangat sangat merindukanmu, Eomma dan Appa!!
Sampai ketemu! ^^
"Aku bisa lihat kau tertarik pada gadis itu."
Pertanyaan Sutradara Shin membuyarkan lamunan Joong ki. "Gadis itu?"
"Ya, namanya Bo young, ya?"
"Aaaah," Joong ki tersenyum. "Mata hyung memang tajam."
"Apa yang menurutmu menjadi nilai plus gadis itu?"
Joong ki bergumam, "Mm, dia lucu."
"Lucu?"
"Wajahnya tak bosan dilihat, kurasa dia akan cocok untuk peran wanita film ini. Kau menyuruhnya bermain piano dan bernyanyi karena nanti akan banyak adegan itu, kan? Yaaah, permainan dan suaranya memang tidak begitu bagus, tapi tetap enak didengar.." jelas Joong ki, nyaris tak bisa menutupi rasa ketertarikannya.
Sutradara Shin menggelengkan kepala, "Ckckck, kau bukannya jatuh cinta dengan model itu kan?"
Joong ki menyeringai, "Tidak. Tapi aku memang menyukainya."
"Ah, lupakanlah," kata Sutradara Shin, ia menutup map yang sedang ia baca. "Aku dan yang lain mau makan malam, ikut?"
"Kurasa hari ini aku pass," jawab Joong ki, masih dengan cengiran di wajah imutnya, "Aku punya hal penting untuk dilakukan."
Sutradara Shin sama sekali tak terlihat penasaran atau curiga, ia hanya mengangkat bahu dan kembali berkutat dengan lapotopnya.
*
Sepulang dari rumah produksi, Joong ki langsung mandi dan ganti baju. Malam ini ia akan pergi ke minimarket itu lagi. Kali ini, Joong ki tidak mengenakan hoodie biru dongker dan celana gombrang hitam selutut untuk penyamarannya, ia memakai kaos hitam polos dirangkap jaket merah,celana training hitam dengan strip putih dipinggirnya dan topi merah bertuliskan MUFC. Penampilannya seperti orang yang mau jogging di malam musim gugur. Sungguh menggelikan.
Joong ki tak berlama-lama. Dengan tetap hati-hati dan waspada, ia keluar apartemen dari pintu belakang, kemudian mulai berjalan santai, yah, mungkin bisa dibilang sedikit rusuh, menuju ke minimarket tempat Bo young-ssi itu bekerja, semoga saja malam ini ia ada disana.
Joong ki menurunkan ujung topinya saat ia mendorong pintu masuk minimarket.
"Selamat datang."
Joong ki menoleh kearah kasir dan menemukan seorang pria bertubuh pendek dengan kumis tebal berdiri disana, ia mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan. Park Bo young tidak ada.
"Anak muda, ada yang bisa kubantu?" tanya pria itu.
"Ah, tidak, terimakasih." Joong ki mengambil keranjang makanan, semangatnya langsung menghilang entah kemana. Dengan malas-malasan ia menuju ke rak makanan dan mengambil bungkus apapun yang ia sentuh. Ah, kemana Park Bo young?
Tingtingtingting! Tiba-tiba terdengar suara lonceng yang heboh dari pintu masuk.
"Ma-manajer Kiiiim! haaah, haaah, ma-maafkan aku karena terlambat." ujar seseorang dengan napas tersengal-sengal. Joong ki mendongak, mengintip dari atas rak ke pintu masuk. Senyumnya langsung melebar saat melihat Park Bo young sedang membungkukkan badan berulang-ulang pada pria berkumis di hadapannya.
"Kau ini! Kau telat satu jam!"
"Aku ketiduran.... maafkan aku," ujar Bo young sambil membungkukkan badannya lagi.
"Ah, sudahlah! Cepat siap-siap dan bekerja."
"Ya, ya, terima kasih, ajeossi,"
"Apa?!"
"Ah, maksudku, Manajer Kim." ralat Bo young. "Aku siap-siap dulu ya."
Joong ki melihat Bo young berjalan ke belakang minimarket dan masuk ke sebuah pintu. Tak lama, gadis itu keluar. Mantel dan tasnya sudah dilepas, diganti dengan celemek warna biru tua. Rambutnya yang tadi berantakkan sudah dirapikan dan diikat, poninya di jepit ke atas. Joong ki benar-benar yakin Park Bo young yang ini adalah gadis yang bernyanyi sambil memainkan keyboard dihadapannya tadi siang. Tiba-tiba senyumnya semakin lebar.
Setelah mengambil beberapa makanan untuk memenuhi keranjangnya, Joong ki segera menuju kasir, sebelum ia sempat menyapa, Bo young sudah berteriak, "Ah! Mysterious Oppa! Tumben kau datang."
"Halo." sapa Joong ki pelan, takut-takut Bo young mengetahui identitasnya dari suaranya.
Tapi Bo young tampak tak sedikitpun sadar akan hal itu, "Haiiss, kau suka sekali pakai topi ya?"
"Begitulah, jelek ya?"
"Tentu saja!"
"Kenapa?"
"Karena topinya menutupi setengah wajahmu."
Joong ki tertawa sambil menaruh keranjang diatas meja kasir, "Kalau kubuka, kau pasti akan terpesona."
Bo young tersenyum, "Masa? Aku malah berpikir kau tak punya alis atau kelopak mata."
"Apa?"
"Hahaha, bisa saja kan."
Joong ki memerhatikan Bo young yang mulai menghitung belanjaannya, entah kenapa rasanya dengan begitu saja ia sudah merasa senang. Pancaran energi positif gadis itu seolah dapat diisap tubuh Joong ki yang lelah.
"Bo young, shiftmu selesai jam berapa?"
"Hm?" Bo young mendongak. "Kira-kira dua setengah jam lagi... kau jangan menungguku, Oppa, ah, aku terlalu gr ya."
"Aku memang ingin menunggumu kok. Aku ingin traktir kau makan." ujar Joong ki.
"Benarkah? Aaah, pasti akan menyenangkan... " kata Bo young. "Tapi mau bagaimana lagi... shiftku masih lama."
"Ya sudah, lain kali saja." Joong ki membantu Bo young mengeluarkan belanjaannya dari keranjang. "Tadi kau terlambat datang ya?"
"Ah, kau dengar aku dimarahi ya?" Bo young nyengir lebar.
"Kenapa terlambat?"
"Tadi siang aku ada urusan yang melelahkan... waaaaah... aku lega semuanya sudah berakhir."
Joong ki diam-diam tersenyum, "Begitu. Oh ya, kau kerja hari apa saja?"
"Hari senin sampai jum'at, kenapa tanya? aaaah, jangan-jangan kau kesini hanya untuk menemuiku? Aigoo Oppa, manis sekali..."
"Wah, ketahuan juga akhirnya." sahut Joong ki.
"Dasar... Mmm, semuanya jadi 68.000 won."
Joong ki mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya dan menyodorkan uang itu pada Bo young, "Besok aku datang lagi."
"Besok? Sayang sekali... besok aku akan ke Daejeon."
"Daejeon?"
"Mm, aku mau menemui keluargaku. Ah... rasanya rindu sekali."
"Berapa lama?"
"Kurasa 3 atau 4 hari..." Bo young menyipitkan mata sambil tersenyum curiga pada Joong ki. "Kenapa, Oppa? Apa kau akan merindukanku?"
Joong ki mengangkat bahu, "Yah, aku hanya ingin terus ditraktir cokelat coco olehmu."
Bo young terkesiap, "Apa? Kau... menyadarinya?"
"Tentu saja." jawab Joong ki. "Setiap aku belanja, kau selalu memberikan cokelat itu padaku secara cuma-cuma."
"Haha, kau teliti juga ya. Aku punya banyak persediaan coklat itu dirumah. Jangan khawatir."
"Kenapa kau suka sekali cokelat itu?"
"Kalau kau tahu jawabannya, kau pasti akan terkejut." jawab Bo young.
Joong ki tersenyum, "Kenapa?"
"Kau harus menebak untuk tahu kenapa!"
"Aaah, kau meniru caraku."
Bo young pura-pura cemberut, "Memangnya kau saja yang bisa main tebak-tebakan,"
"Hmm, biaklah," ujar Joongki. "Apa karena kau model iklan produk coklat itu? gadis yang memakai wig keriting warna pirang, tingginya sepertinya sama denganmu... Ah, tapi tidak mungkin ya?"
Bo young terdiam, terlihat sekali terkejutnya. Ia kemudian menggaruk tengkuknya gusar. "Ah..."
"Tidak-tidak, kurasa bukan itu alasannya. apa karena rasa coklatnya yang manis?"
"Umm, yah begitulah..." Bo young tersenyum kaku.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu ya? Kau bersenang-senanglah di Daejeon. Aku akan mampir lagi saat kau sudah bekerja." Joong ki mengambil belanjaannya. "Annyeong."
"Annyeong..." Bo young melambai-lambaikan tangannya.
Ia menatap punggung Joong ki yang berlalu sambil berpikir keras, tadi kukira Oppa benar-benar tahu aku yang jadi model iklan Coco, bikin kaget saja....... pikirnya.
drrrt, drrrt, tiba-tiba ponsel disaku celemek Bo young bergetar. Ada SMS.
From : Park Geun young
Bo young, besok kau benar-benar akan pulang?
Jangan lupa oleh-oleh ya...
Eonni merindukanmu <3
Bo young tersenyum, sembunyi-sembunyi ia mengetik balasan.
To : Park Geun young
Yaaaa, eonni~ tunggu aku ya!
Oleh-oleh? kau ingin apa? make-up? baju? bilang sajaaa
tapi tak bisa yang terlalu mahal ya, hehe
Aku juga sangat sangat merindukanmu, Eomma dan Appa!!
Sampai ketemu! ^^